08 Januari 2009

Perjalanan 'Kulit Kambing'

Di sebuah pabrik pengolahan kulit, teronggoklah di salah satu sudut, lembaran-lembaran kulit kambing mentah yang masih berbulu dan baunya begitu menyengat.
Menurut pemiliknya kulit-kulit tersebut hendak diproses. Pemrosesan kulit-kulit tersebut membutuhkan waktu yang lumayan lama. Mula-mula yang proses yang dilakukan adalah menghilangkan bulu-bulunya. Salah satu teknik yang lazim digunakan adalah dengan dibakar.
Saat pembakaran berlangsung terciumlah bau 'sangit' yang cukup menyesakkan dada bagi orang yang menghirupnya.
Tahap berikutnya adalah dengan pencelupkan kulit yang telah hilang bulunya ke dalam suatu wadah yang berisi cairan kimia tertentu yang berfungsi untuk melunakkan sekaligus melenturkan lembaran kulit kambing ini. Tahap selanjutnya adalah dengan memberikan warna/pewarnaan agar kulit kambing itu memiliki tampilan yang jauh lebih indah dibanding sebelumnya.
Untuk tahap berikutnya dikeringkan, dengan di angin-anginkan atau dipanaskan agar kadar air dalam kulit kambing itu jauh berkurang.
Setelah lembaran kulit-kulit ini kering, tahap berikutnya adalah tergantung kehendak yang membeli. Biasanya pengrajin kulit akan membuat pola kemudian memotong-motong sesuai dengan pola yang diinginkan. Dapat dijadikan alas kaki (sepatu, sandal, selop), celana panjang, celana pendek, rok, jaket, topi, tas, dompet, dll.
Mari bersama-sama kita renungkan,......

Dari satu sumber yang sama yaitu kulit kambing - yang awalnya berbau menyengat (bahasa jawa : lengur, lebus) - setelah mengalami suatu proses yang lumayan panjang akhirnya menjadi produk-produk yang memiliki nilai ekonomis tinggi.

Coba sekarang kira bayangkan, bila seandainya kulit-kulit kambing tadi langsung dijadikan sepatu, celana panjang, jaket dan topi tetapi tanpa melalui proses dan pengolahan sama sekali.
Apa yang akan terjadi.........?

Nyamankah orang yang memakainya?

Nyamankah orang2 yang berada disekelililing kita?

Demikian pula pribadi kita saat ini.
Kita bersumber dari satu sumber yang sama.
Dengan bentuk awal kita dulu juga sama, dan.......menjijikan.
Ya,.........kita semua berasal dari setetes sperma dan sebiji telur.
Sahabat-sahabatku,....sekarang marilah kita cermati bersama-sama......

Dari semua bangsa dan semua suku yang ada di dunia ini........
Mengapa ada orang yang berhasil.....tetapi mengapa pula ada orang terhina?
Mengapa ada orang yang bahagia ....tetapi mengapa pula ada orang yang merana ?

Mengapa ada orang yang bersuka.....tetapi mengapa pula ada orang yang berduka ?
Mengapa ada orang yang memiliki banyak sahabat yang selalu mengajaknya menuju kebaikan....
tetapi mengapa pula ada orang yang memiliki banyak teman dan selalu mengajaknya untuk berbuat kehancuran ?
Mari kita amati dengan kejernihan hati.
Orang2 pada pilihan pertama tadi adalah orang2 yang
MAU dan MAMPU bertahan di tengah proses yang dijalankan Tuhan pada dirinya.
Badan mental, badan fisik dan badan spiritual mereka 'dikerok dan dibakar' untuk menghilangkan 'bulu2' yang masih menempel.
Badan mental, badan fisik dan badan spiritual mereka 'direndam' ke dalam 'cairan' yang memiliki rumus kimia : keikhlasan, kesabaran, ketekunan, dan keuletan agar ketiga badan tadi menjadi lentur dan lunak - sehingga menjadi tidak 'kaku' dan 'berbau'.
Badan mental, badan fisik dan badan spiritual mereka diberi warna-warna dengan komposisi warna indah yang bernama: kebaikan, kebijakan, cinta kasih, dan kehormatan.

Lalu.....badan mental, badan fisik dan badan spiritual mereka mau untuk 'dipotong' dan 'dibentuk' sesuai dengan pola-pola kehidupan yang diinginkan TUHAN.
Hingga pada akhirnya, mereka memiliki nilai mental, nilai fisik dan nilai spiritual YANG JAUH SANGAT BERBEDA dibandingkan dengan pribadi yang TIDAK MAU dan TIDAK MAMPU 'diolah', 'dikerok', 'dibakar', 'direndam', 'dipotong' dan 'dibentuk'.
Nyamankah diri kita dan orang disekitar, bila diri ini masih 'berbulu' ?

Nyamankah diri kita dan orang disekitar, bila diri ini masih 'berbau' ?
Nyamankah diri kita dan orang disekitar, bila diri ini masih 'kaku' dan 'keras' ?
Nyamankah diri kita dan orang disekitar, bila diri ini masih 'tidak ada polanya' ?

Bila kulit kambing saja mau DIPROSES agar 'nilai jualnya' naik, mengapa kita tidak mau DIPROSES oleh SANG MAHA PENGRAJIN agar 'nilai jual' kita juga naik. Nah......sahabat......pilihan ada pada kita semua. Maukah kita DIPROSES ?
Semoga kita semua menjadi pribadi yang MAU untuk DIPROSES dan MAMPU menjalaninya dengan ketabahan,
olahan-olahan SANG MAHA PENGRAJIN. Sehingga akhirnya akan menjadi pribadi BARU yang tidak 'BAU' ! Menjadi pribadi BARU yang tidak 'BERBULU' !
Selamat BERPROSES !